Kabur ke Awan

Dulu ketika saya penat dengan segala rutinitas perkuliahan (yang sekarang jadi terlihat jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan rutinitas pulang pergi kantor) dan mungkin percintaan - haha, saya sering sekali menggunakan istilah ini : kabur ke awan. Artinya adalah sejenak kabur dari rutinitas dan melakukan hal yang random tanpa rencana. Saya lupa bagaimana persisnya istilah tersebut bisa hadir, kalau gak salah sih karena saat itu saya kabur secara tak terencana di minggu ujian ke Moko yang tempatnya tinggi sekali hampir menyentuh awan. Istilah ini kemudian menjadi semacam kode antara saya dan beberapa teman ketika saya sedang tidak ingin diganggu siapapun. Cukup mengatakan "aku ke awan dulu ya", maka ia tidak boleh mengganggu saya dengan cara apapun. Haha. Tidak perlu ke Moko juga sih, ke mana saja tempat yang bagi saya cukup untuk 'kabur'. Terkadang cukup dengan berdiam di kosan tanpa distraksi dari luar.

Kabur sejenak dari rutinitas adalah cara terampuh untuk membuat kita tetap 'hidup'. Saat merasa sedang stuck dengan rutinitas dan seperti berjalan di tempat, sementara orang lain berlari kencang. Perjalanan kabur yang random akan cukup menghibur dan mengembalikan semangat yang biasanya sedang ada di titik rendahnya.

Menanti pagi
Ingat pemandangan ini? Sedikit berbeda dibandingkan dengan saat senja dulu.

Kemarin saya dan teman-teman kabur ke Bandung. Tidak sampai 12 jam kami di sana. Pergi jam 10 malam dari Cikarang, berendam air panas sejenak di Ciater, lalu mengejar matahari terbit ke puncak Moko - yang ternyata mendung dan banyak orang, lalu pulang kembali ke Cikarang.

It was fun and I really enjoyed it. But then I realized that no one can escape forever. No matter how hard you try, reality will always wait to slap you in the face. 

...

But now I'm ready.

...

I'm still carrying a little hope that maybe things could be different now. Is that so wrong?
-Jimmy Eat World, Carry you

Semoga.

2 comments

  1. mir ijin make fotonya buat jadi bekgron desktop yaaaa. <3

    ReplyDelete