Pada lebaran tahun ini, ada yang berbeda dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya. Kalau biasanya saya berlebaran di Medan saja,
kali ini kami sekeluarga pergi berlibur ke Banda Aceh. Kenapa berlibur
di saat lebaran? Karena hanya pada saat itulah kami sekeluarga lengkap
berkumpul. Adik saya yang sedang kuliah di Depok, saya yang bekerja di
Cikarang, dan Abang yang kuliah di Padang, semuanya kembali ke rumah di
Medan. Maka ini adalah saat yang tepat karena berkumpul sekeluarga sudah menjadi momen yang langka.
|
I love roadtrip! |
Kenapa Banda Aceh? Karena ide bepergian kali ini datangnya dari si Papa,
yang sudah 20 tahun lebih meninggalkan Banda Aceh, kota yang punya
banyak kenangan, katanya. Haha. Papa ingin bernostalgia, karena dulu beliau dan Mama sempat tinggal
lama di Aceh saat baru menikah dan kami-kami belum lahir. Kalau saya sih
diajak jalan-jalan, apalagi ke Banda Aceh, ya senang lah! Terakhir kali
ke Banda Aceh saat berumur 3 tahun ya jelas ga ada bekasnya sedikitpun
di ingatan. Satu-satunya bukti otentik cuma foto Mira kecil lagi mejeng
di pinggir pantai. Beranjak dewasa (tsah) saya menyadari bahwa Banda
Aceh itu keren sekali dan menjadi salah satu dari list destinasi impian saya. Siapa juga yang gak pengen liburan ke Pulau Weh?
Tapii, berhubung orang kantoran yang jatah liburannya pas-pasan, jadinya
perjalanan kali ini super kilat. Boro-boro ke Pulau Weh, udah bisa
muter-muter Banda Aceh juga udah Alhamdulillah banget. Kami pergi di
pagi dini hari 1 Syawal. Singgah sholat Ied di Langsa, sebuah kota kecil
di Aceh yang berjarak 3-4 jam dari Medan, lalu lanjut ke Banda Aceh.
Adzan maghrib berkumandang ketika mobil kami memasuki Banda Aceh.
|
Mesjid Raya Baiturrahman |
Banda Aceh ituuu bagus sekali! Kotanya rapih, jalanannya mulus dan ngga
ada macet sama sekali. Beda jauh sama Medan yang udah sumpek dan
semrawut. Pasca Tsunami, Banda Aceh memang mendapat perhatian dari
seluruh penjuru dunia,
it's just like a rainbow after heavy rain. Saya gak
bisa ngebayangin dulu pas tsunami kota ini kayak apa bentuknya karena
sekarang nggak bersisa sama sekali semrawutnya dan malah makin bagus.
Apa Jakarta perlu dibom dulu ya biar bisa ditata ulang?
|
Pop Ice, minuman idola orang Banda Aceh. Gerobak begini ada puluhan di sekitar mesjid raya. |
Pemandangannya jangan ditanya. Bayangkan kota di pinggir pantai yang
dikelilingi oleh gugusan bukit barisan. Jadi kita bisa ngeliat pantai yang
letaknya gak jauh dari kota (yang anehnya biru banget, gak kayak Ancol)
plus pemandangan bukit-bukit. Angin di kota ini kencang, konon kata si
Mama bisa bikin rambut keriting (?).
|
Pulau Weh di seberang sana memanggilmu! |
|
Jalan sebelum masuk ke pelabuhan Ulee Lheue, pelabuhan untuk menyeberang ke Pulau Weh |
|
Boat yang terdampar ke atap rumah ketika tsunami, kini menjadi monumen. |
Di Banda Aceh ke mana aja? Napak tilas ke rumah jaman dulu Papa dan Mama
di Blang Bintang, lebaranan di rumah sodara, dan wisata ke beberapa
tempat. Boat di atas rumah di Lam Pulo yang merupakan sisa peninggalan
Tsunami, Lhok Nga, pantai Lampuuk, Mesjid Baiturrahman, dan Mesjid
Rahmatullah. Mesjid Rahmatullah ini kami temukan secara nggak sengaja
saat mampir untuk sholat Ashar di perjalanan ke pantai Lampuuk. Tapi
siapa sangka ternyata mesjid ini merupakan mesjid yang bersejarah (dan
juga ada di video Jalan-jalan Men episode Aceh - haha).
|
Lhok Nga, dari atas. |
|
Lhok Nga, dari bawah. |
Jadi ceritanya mesjid ini letaknya hanya sekitar 400m dari pantai
Lampuuk. Ketika tsunami melanda, seluruh daerah di sekitar pantai
Lampuuk hancur total nggak bersisa. Tapi mesjid ini masih berdiri kokoh
di antara puing-puing bangunan lain yang rata dengan tanah. Subhanallah.
|
Mesjid Rahmatullah |
|
I won't. |
|
Salah satu foto di galeri dalam mesjid. |
Sekarang, dengan bantuan pemerintah Turki, mesjid ini direnovasi
kembali. Tetapi ada sebuah sisi di dalam mesjid ini yang dibiarkan
rusak, sebagai pengingat agar kita tidak pernah melupakan tsunami. Di
dalamnya juga ada galeri mini yang berisi foto-foto dokumentasi tsunami.
Perhentian terakhir : Pantai Lampuuk. Ini mungkin sama seperti pantai
Cermin-nya Medan atau Ancol-nya Jakarta karena ramai sekali dengan
orang-orang dan pondokan-pondokan di pinggirnya. Bedanya adalah, pantai
ini biru sekali dan pemandangannya luar biasa. Dan yang penting bebas
sampah!
|
Pantai Lampuuk |
|
Pantai Lampuuk. I'm in the mood of black & white. But this picture is too blue to be made to B&W. |
Satu hari di Banda Aceh benar-benar tidak cukup.
I promise that I'll go
back again soon. Gak tahan kemarin udah dipanggil-panggil sama Pulau
Weh. :D
knp yg full warna cuma satu?
ReplyDeletepadahal kan pasti bagus² fotonya :D
@arif : masalah selera sih, karena kemarin pas pulang gak bawa kamera, jadinya minjem kamera digital punya orang. dan warnanya aku ngerasa kurang sreg. dan pas lagi males ngedit juga, jadi deh diitemputihin.
ReplyDeletefoto terakhir.. exceptional. hehe
MasyaAllah. Perjalanan yang sangat mengagumnkan. Anda sangat beruntung bisa jalan-jalan ke Aceh.
ReplyDelete