Flores Trip : #1 - Hello, Labuan Bajo!

Keinginan untuk menginjakkan kaki di Flores sebenarnya sudah dipendam sejak lama. Tapi entah kenapa sulit sekali rasanya mewujudkannya. Alasan klisenya sih uang dan waktu. Penerbangan ke Indonesia bagian Timur memang tidak pernah murah. Jangan pernah menaruh harapan pada tiket promo karena (nyaris) tidak ada. Nggak heran kalau orang-orang lebih memilih untuk berlibur ke luar negeri karena memang jauh lebih murah tiketnya. Jika sudah punya uang, selanjutnya mari berhitung waktu yang diperlukan untuk menjelajah Flores. Bagi corporate slave macam saya yang liburnya bergantung pada tanggal merah dan juga cuti yang cuma 12 hari itu (pun harus dipotong dengan cuti bersama), mencari waktu yang agak lega untuk berkunjung ke Flores rasanya sulit sekali.

--Flashback ke suatu hari di bulan November 2013,

Kalender kerja 2014 dibagikan di meja masing-masing. Saya melihat sederetan angka merah di bulan Mei. Whoaa surga libur kejepit. Ada dua hari kejepit di minggu akhir bulan Mei. Dan entah ada angin apa, kali ini kantor saya meliburkan salah satu hari kejepit tersebut (dengan menggantinya dengan hari kerja di Sabtu sebelumnya) sehingga dengan hanya cuti 1 hari, saya bisa mendapatkan liburan FULL dari Selasa hingga Minggu. Kesempatan emas kayak gini tentu nggak akan dilewatkan oleh seorang Mira. Langsung deh saya impulsif browsing tiket ke Flores. Oke tiketnya mahal. Tapi uang masih bisa dicari, sedangkan liburan panjang? Barang super mewah buat saya yang fakir cuti. Setelah berhasil menghasut beberapa teman akhirnya tiket ke Flores pun saya kantongi hari itu juga. Yeah!

Sebelum ke Labuan Bajo, kita harus transit dulu di Bali karena harus berganti dengan pesawat yang lebih kecil. Pesawatnya ada baling-balingnyaa! *norak. Sepanjang perjalanan jangan tidur! Karena akan disuguhkan pemandangan luar biasa dari jendela pesawat yang terbangnya tidak terlalu tinggi. Ya ampun, bahkan sebelum mendarat pun pemandangannya udah sebagus ini:

 

Sampai di Bandara Komodo - Labuan Bajo, kami langsung diserbu oleh puluhan orang yang menawarkan jasa travel dan penyewaan mobil. Dari puluhan orang tersebut salah satunya menyapa saya. "Ibu Mira?", katanya. Saya mengangguk lalu segera mengikuti mas-mas bertampang khas Flores tadi ke mobilnya. Nana Fredo namanya. Nana adalah panggilan untuk laki-laki yang lebih tua, gitu kata si Nana Fredo yang merupakan orang asli Manggarai. Belakangan saya tau kalo Nana itu panggilan "manja". Mungkin kayak "Akang" kali ya kalo di Sunda sana. Hahaha. Nana Fredo ini utusan dari Pak Mat (kapten kapal yang akan kami sewa untuk berlayar di kepulauan Komodo beberapa hari ke depan) untuk menjemput kami di bandara dan mengantarkan kami ke pelabuhan.

Banyak cara untuk menikmati keindahan gugusan pulau-pulau di Taman Nasional Komodo. Ada banyak day-trip yang ditawarkan dengan titik mula Labuan Bajo, tapi yang paling populer adalah live on board (LOB). Sesuai namanya, LOB berarti kita akan tinggal selama beberapa hari di kapal yang akan mengarungi lautan. Banyak sekali pilihannya kalau mau ikutan LOB. Bisa ikutan tour yang udah punya nama seperti Perama atau Kencana (dengan titik start Labuan Bajo atau bahkan Lombok), atau menyewa kapal sendiri dan share cost dengan teman-teman seperjalanan. Saya tentu pilih yang kedua, karena waktunya bisa lebih efisien karena bisa pilih jadwal sendiri dan juga bisa tentukan sendiri destinasi yang akan didatangi. Setelah browsing-browsing, saya pun menghubungi Pak Mat untuk menyewa kapalnya selama 3 hari 2 malam. Harganya paling bersahabat dibandingkan dengan kapal-kapal lain yang saya hubungi dan selain itu orangnya terlihat ramah selama sms-an (dan ternyata beneran super ramah!). Harga yang saya keluarkan sangat terbayar oleh segala pelayanan yang diberikan Pak Mat dan awak kapalnya :)

Sesampai di pelabuhan saja kami sudah dijamu oleh makan siang yang super lezat. Bahkan ada jus-nya lengkap masih di blender. Kapalnya dilengkapi dengan 3 buah kamar tidur, deck untuk leyeh-leyeh, kamar mandi dengan air tawar, dapur, dan juga ruang makan terbuka di bagian belakang kapal. Saya sempat khawatir bakal nggak mandi selama 3 hari ke depan namun ternyata sehabis snorkeling saya masih bisa mandi pake air tawar. Karena pesawat kami delay sehingga sampai di Labuan Bajo sudah kesorean, hari itu kami tidak melakukan aktivitas apapun selain leyeh-leyeh di kapal menikmati sore. Kapal melaju meninggalkan Labuan Bajo menuju Pulau Komodo untuk bermalam di sana agar keesokan pagi kami bisa langsung trekking melihat Komodo.

Ini kamarnya. Ada kipas anginnya loh

Sore-sore udah dibikinin pisang goreng

Air mineral dingin selalu siap sedia.

Sore-sore santai baca buku sambil ngemil pisang dengan pemandangan cihuy. Life's good!

Our boat

Hari sudah gelap ketika kami sampai di Pulau Komodo. Pak Mat mencari tempat perhentian kapal yang strategis untuk bermalam; yang airnya tenang agar tidur kami nyenyak, juga jaraknya cukup jauh dari kapal-kapal LOB lainnya. Dengan bangga Pak Mat bilang kalau kapalnya memakai teknologi solar cell untuk sumber energinya. "Saya males kalau dekat-dekat kapal lain. Semuanya pakai generator, Bu. Kalau malam berisik sekali nanti nggak bisa tidur."

Malam itu kami kedatangan tamu, seorang Bapak dari Pulau Komodo (yang sayang sekali saya lupa namanya) penjual souvenir seperti patung Komodo dan kalung mutiara yang merupakan sohibnya Pak Mat. Beliau banyak berbagi cerita. Dari mulai cerita tentang Komodo yang sukses bikin kami semua makin deg-degan untuk trekking besok pagi. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Pak, Komodo bisa renang?" atau "Pak, Komodo bisa manjat pohon?" yang semuanya dijawab dengan "Bisa!". Belajar bahasa warga pulau komodo "Jaga ora!" (awas Komodo!), dan banyak lagi. Agak sedih waktu dia bercerita bahwa mata pencaharian warga pulau tersebut sangat terbatas. Sebagian menjadi ranger di Taman Nasional Komodo, lainnya hanya menjadi nelayan atau penjual cenderamata. Makanya nggak heran kalau di sana penjualnya rada berebut dan memaksa. Mereka tidak ada keinginan untuk meninggalkan pulau tersebut karena walaupun berbahaya, Komodo adalah bagian dari diri mereka. Sudah hidup bersama sejak jaman nenek moyang mereka dahulu kala.

Bapak penjual souvenir

Karena kami berhenti di tengah lautan tanpa penerangan selain di kapal, bintang malam itu pun ramai sekali. The best that I've seen so far. Sayangnya nggak bisa motret bintangnya karena kapalnya goyang-goyang. Malam itu kami pun tidur dengan nyenyak tanpa gangguan suara generator dan dengan dihantui rasa penasaran tentang si makhluk purba bernama Komodo itu.

Note:

- Contact Pak Mat : 082145704054

- Harga kapal untuk LOB 3 hari 2 malam ada di kisaran 6 juta / kapal untuk 5 orang. All in! Termasuk makan 3x sehari dan snorkel gear. Jika ada tambahan orang, maka ada tambahan 750k / orang. (Harga Mei 2014)

- Provider yang berjaya di Flores adalah Telk*msel. Di tengah lautan aja masih bisa internetan dengan sinyal HSDPA. Provider selain itu sih buat dapet sinyal aja susah banget. (bukan iklan)