Bersepeda Mengelilingi Asakusa

Hari terakhir di Tokyo. Karena waktu agak sempit mengejar penerbangan ke Indonesia di malam harinya, kami memutuskan untuk tidak bermain terlalu jauh. Ditambah dengan kondisi kaki yang pegal dan sakit luar biasa setelah berjalan jauh tanpa henti di 4 hari sebelumnya, maka menyewa sepeda untuk berkeliling menikmati suasana Asakusa sepertinya merupakan pilihan yang paling tepat.


Penyewaan sepeda di Asakusa ada di stasiun Asakusa Tsukuba Subway. Dari pinggir jalan besar, lihat saja ada tangga ke bawah tanah dengan spanduk bertuliskan "cycle rent" atau semacam itu. Saat itu penyewaan sepeda dijaga oleh seorang bapak-bapak yang bahasa Inggrisnya agak kurang fasih. Di sinilah saatnya kita memperlancar bahasa tarzan. Untungnya informasi yang ditempel ada yang berbahasa Inggris jadi lumayan jelas deh peraturannya. Setelah mengisi formulir peminjaman, memberikan passport (yang kemudian akan difotokopi oleh bapaknya -- jadi passport-nya ngga perlu ditinggal, hore!), dan memilih sepeda pilihanmu (ada banyak warna di sini tapi jenisnya saat itu semua bermodel keranjang di depan), si bapak akan memperagakan dos and don'ts seperti cara mengunci sepeda, cara parkir, dan cara mengendarai sepeda. All set, sepedanya sudah boleh dibawa berkeliling! Harga penyewaannya perhari adalah 300 yen, murah kan. Dan enaknya lagi, sepedanya bisa dikembalikan di 3 stasiun berbeda, tapi masih di seputaran Asakusa juga. Kami langsung agak udik gitu deh pas naikin sepeda ke atas. Ada line otomatis yang jalan gitu jadi cukup dipegangin aja sepedanya karena nanjak naik tangga dari dalem bawah tanah. Lagi-lagi tercengang oleh kecanggihan Jepang.

Credit to Ibun for this photo

Bersepeda di Jepang ternyata sangat menyenangkan karena jalannya bagus tanpa cacat, sepi oleh mobil dan kendaraan bermotor lainnya, rambu lalu lintas-nya jelas dan dipatuhi oleh semua pengguna jalan, dan juga udaranya masih bersih. Kalau saja di Indonesia juga begini, saya mau deh setiap hari bersepeda. Menelusuri jalan-jalan kecil di Asakusa saja sangat  menyenangkan rasanya. Oiya di perjalanan kami menemukan toko yang menjual kemeja flanel kece seharga 100 yen saja! Udah gila, kalo dirupiahin berarti sekitar 11 ribuan. Sayangnya ukurannya kecil dan yang beruntung cuma Ibun karena badannya mini.


"Hey, this is for woman", protes bapak-bapak penjual baju.
"Yes, this is for my sister", kata Ibun
"Oh, okay".
10 menit kemudian.. Bajunya langsung dipake Ibun :))


Perjalanan dilanjutkan. Perhentian kami selanjutnya adalah Senso-ji Temple yang merupakan kuil tertua di Tokyo. Kuil ini terkenal dengan Kaminarimon, dua gerbang raksasa yang letaknya ada di sisi-sisi terluar kuil. Di tengah-tengah gerbang terdapat lampion raksasa berwarna merah. Dari Kaminarimon, kita harus melewati Nakamise street untuk menuju ke kuil. Nakamise ini jalan yang dipenuhi oleh kios-kios penjual souvenir dan makanan khas Jepang. Ramainya luar biasa. Kalau mau belanja oleh-oleh khas Jepang, di sini banyak pilihannya tapi siap-siap dijutekin oleh pedagangnya ya di sebagian besar kios *truestory. Bahkan ada nenek-nenek yang ngamuk banget pas saya motret dagangannya. Doi langsung ngerampas kamera saya trus nyuruh saya ngapus fotonya. Di sana kami mencoba Manju, semacam kue dari tepung yang digoreng dan di dalamnya berisi selai kacang merah. Enak! Apalagi kalau dimakan hangat-hangat. Senso-ji temple ini merupakan salah satu destinasi wajib bagi para turis di Tokyo jadi jangan heran oleh lautan manusia yang memadati kuil ini dari mulai Kaminarimon sampai Nakamise-nya.

 Membawa buku Murakami mudik :P

Dari Senso-ji, kami melanjutkan perjalanan bersepeda ke sungai Sumida. Berpindah dari suasana Tokyo kuno di daerah Senso-ji ke Tokyo yang modern di seberang sungai Sumida. Di sini terlihat pemandangan Tokyo Skytree, menara pencakar langit paling tinggi yang baru dibangun di Jepang -- mengalahkan Tokyo Tower. Ada juga gedung Asahi Beer Hall yang disainnya agak artsy dengan bentuk seperti poop simbol api di atasnya. Suasana di sepanjang sungai ini asri sekali. Ada barisan pohon sakura yang sudah pada rontok bunganya. Nggak kebayang pas kemarin full-bloom indahnya kayak apa.

Credit to Ibun for this photo

Perjalanan bersepeda ini diakhiri dengan makan siang di pinggir sungai Sumida dengan menu andalan, bento Lawson dan air keran, ditemani oleh pemandangan Tokyo Skytree. Perut kenyang, hati gembira meski agak sedih harus menyudahi piknik kali ini dan segera kembali ke rutinitas di tanah air. Lain kali kita ketemu lagi ya, Jepang! I fell in love with you!

Tips :
- Bawa sarung tangan, syal, topi, dan alat anti dingin lainnya ketika bersepeda di musim semi. Dinginnya lumayan menyiksa buat orang-orang tropis macam saya.
- Bawa foldable drinking bottle, botol minum dari plastik yang bisa dilipat. Berguna sekali untuk mengisi air minum gratis di manapun.

No comments