Setelah satu tahun lamanya gak jalan-jalan, akhirnya saya jalan-jalan lagiiiii~ Kali ini berdua bersama Junda, yang kayaknya akan jadi partner tetap jalan-jalan seterusnya. Hehe.
Sebenernya karena super duper bokek setelah meniqa kemarin, kami memutuskan untuk menunda dulu jalan-jalan (biasanya orang menyebut hanimun tapi sebutan tersebut rasanya kurang cocok untuk saya yang selalu membayangkan kalau hanimun itu identik dengan kasur dan kelopak bunga mawar yang dibentuk hati - hahaha). Selain karena uangnya belum cukup, saya juga inginnya menimbun cuti dulu agar bisa liburan yang agak lamaan sedikit. Tapi beberapa minggu menjelang meniqa, kami baru tau kalau wedding gift dari kantor Junda ternyata berbentuk tiket 'hanimun' gratis. Budgetnya gak terlalu banyak untuk jalan-jalan fancy ke UK atau Europe sih, tapi lumayan banyak juga kalau cuma dihabiskan untuk sekedar ke Bali.
Setelah menimbang beberapa hal, akhirnya kami putuskan untuk ke.. Taiwan!
Loh, kenapa?
Pertama, harga tiketnya murah, untuk ukuran beli tiket mendadak dan bukan harga promo. Kedua, dari hasil googling hotel dan makanan, biaya hidupnya gak terlalu beda jauh dengan Jakarta. Ketiga, karena negaranya gak terlalu besar, jadi kayaknya pergi di long weekend saja udah cukup. Keempat, ada teman dekat Junda saat kuliah di London yang juga baru menikah. Sebenarnya kami diundang dan berencana hadir ke acara resepsinya, tapi ternyata resepsinya berdekatan banget dengan acara kami sendiri.
Dan alasan utamanya, karena di sana ada SHIHLIN dan CHATIME! Yeah, I'm that cheap. Cukup dengan diiming-imingi dua hal itu aja, then I'm sold. Hahaha.
Berangkat ke Taiwan tanpa ekspektasi apa-apa, beberapa hari kemudian saya dan Junda langsung mendadak berubah jadi duta wisata Taiwan. Di postingan kali ini, saya akan bercerita kenapa kalian semua harus mulai mempertimbangkan Taiwan untuk jadi the next holiday destination.
1. Kota yang Teratur dan Tidak Ramai.
Bayangkan Tokyo, tapi dengan jumlah orang yang lebih sedikit. Itulah kesan pertama kami terhadap Taipei. Pesawat kami tiba di tengah malam, jadi kami terlambat untuk naik kereta terakhir dari bandara ke kota. Alternatifnya, kami harus naik bus dengan dilanjut taksi, namun ternyata naik bus bandara ini membuat kami dapat melihat kota Taipei dengan lebih baik walaupun di malam hari. Bentuk bangunannya mirip sekali dengan bangunan-bangunan yang lumrah di kota-kota besar Jepang seperti Tokyo atau Osaka.
MRT yang sangat modern dan nyaman
Maokong Gondola, membelah hutan di tengah kota Taipei
Taipei 101 terlihat di kejauhan
Keesokan harinya kami janjian dengan teman kuliahnya Junda dan diajak mengelilingi kota Taipei. Mereka mengajak kami naik gondola ke Maokong (sebuah desa kecil penghasil teh di atas gunung), Taipei 101, Raohe Night Market, serta beberapa kafe local untuk obrol-obrol, semuanya menggunakan public transport (Bus, MRT, Gondola - yup the gondola is part of public transport in Taipei). Kami senang sekali menggunakan public trasport-nya Taipei, semua fasilitasnya bersih dan terawat. Bahkan berjalan kaki pun terasa menyenangkan dan nyaman karena trotoarnya lebar. Kami berdua juga setuju kalau berjalan kaki di Taipei sedikit lebih menyenangkan dari di Tokyo karena kepadatan manusianya yang lebih bisa ditolerir.
2. The Food
This is why we want to go to Taiwan in the first place. Dari saat bangun di hari pertama, saya sudah tidak sabar ingin cepat-cepat jajan Shihlin (dada ayam krispi bermecin duniawi) dan Chatime. Tapi ternyata, banyak toko-toko bubble drink lain yang jauh lebih enak dari Chatime sampai-sampai kami selalu minum bubble drink dengan merk yang berbeda setiap harinya. Anehnya, kami gak pernah sekali pun lihat toko Chatime di sana. Padahal Chatime adalah salah satu merk bubble drink yang paling mendunia, sampai di London aja ada tokonya.
Tiada hari tanpa Boba drink!
Untuk Shihlin sendiri ternyata adalah nama salah satu night market terbesar di Taipei. Night market adalah salah satu hal yang identik banget dengan Taiwan. Jangan bayangkan pasar malam berisi odong-odong dan tong setan ya, karena di Taiwan, isi pasar malam adalah; makanan dan makanan. Kami menemukan ayam goreng krispi (orang sana menyebutnya Ji Pai) yang turun dari surga, karena enak bangeeeeeet. Shihlin dan Hotstar (gerai asli dari Taiwan yang juga ada di Indonesia) lewat deh!
Selain Shihlin, ada banyak night market lain yang bisa dikunjungi di Taipei. Setiap malamnya, kita bisa mengunjungi night market yang berbeda.
Dada ayam krispi cintaqu
Hotstar yang antrinya panjang banget, tapi rasanya biasa aja.
Stinky tofu yang baunya luar biasa ga enak sesuai namanya, tapi ternyata rasanya lumayan
Beef noodle, makanan khas Taipei
Salah satu warung beef noodle halal yang ada musholla-nya! Bahagia sekali.
3. Houtong Cat Village and Lots of Cute Doggo!
Saya menemukan tempat ini secara random saat menyusun itinerary Taiwan. Houtong sendiri tadinya adalah bekas tambang batu bara. Ketika batu bara mulai habis, desa ini ditinggalkan penduduknya dan lama kelamaan menjadi desa mati. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba banyak kucing yang tinggal di sini dan berhubung banyak turis yang datang, desa ini pun menjadi salah satu tujuan wisata. Bayangkan desa syahdu dengan pemandangan bukit hijau dan sungai mengalir, ditambah dengan kucing-kucing gendut yang berseliweran. Saya dan Junda langsung ingin pindah ke sini dan buka warung makan padang.
Houtong Station
Becoming cat stalker in Houtong
Selain itu, di Taiwan ada banyaaaak sekali anjing cute yang ramah. Anak-anak muda di Taiwan belakangan ini memang lebih banyak yang memilih untuk tidak punya anak. Sebagai penggantinya, mereka lebih senang mengadopsi anjing. Jadinya anjing di sini udah dianggap seperti anak dan kadang-kadang suka ditenteng kemana-mana di dalam tas atau gendongan. Too cute, I can't even..
Hey doggo!
3. Bike Friendly City!
YouBike kiosk, yang ada di mana-mana
Kami bahagia sekali karena di Taipei sepeda bisa disewa dengan mudah. YouBike, sepeda unyu berwarna orange-kuning ini ada di seluruh penjuru kota. Jika kita punya easy card (kartu transportasi yang konsepnya mirip e-money di Indonesia) dan nomor telepon lokal Taiwan, kita bisa registrasi terlebih dulu di mesin pendaftaran yang ada di YouBike kiosk, dan berikutnya kita hanya perlu tap kartu untuk meminjam sepeda. Untuk turis seperti saya yang kemarin gak beli SIM Card lokal, saya bisa meminjam sepeda dengan menggunakan kartu kredit. Tinggal input-input di mesin yang ada di YouBike kiosk dan sepeda pun bisa kita gunakan. Rate-nya cuma 5ribu rupiah / setengah jam, dan dapat dikembalikan di YouBike kiosk di mana saja.
Saat itu hari lagi lumayan cerah setelah sebelumnya hujan sepanjang hari, kami pun memutuskan untuk naik sepeda menelusuri kota. Taipei ternyata bike-friendly sekali. Pejalan kaki dan pesepeda mendapatkan hak istimewa di jalan raya dan selalu dinomorsatukan. Yang saya suka, ternyata ada jalur khusus sepeda di sepanjang sungai. Kami bersepeda dengan riang gembira sambil menghirup udara segar dalam dalam. Hal yang mewah sekali untuk ditemukan di Jakarta.
4. Free Drink Water Everywhere!
Untuk turis kere macam kami, ini adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Meskipun tap-water di sana belum bisa diminum langsung seperti di Jepang, keran air minum gratisan dapat ditemukan di mana-mana dengan mudahnya. Selama di sana, kami belum pernah sekali pun membeli air minum botolan karena selalu memanfaatkan fasilitas ini. Biasanya sih keran ini ada di stasiun MRT.
5. Jiufen and Spirited Away
Jiufen adalah kota di pinggir laut yang dulunya adalah tambang emas. Kota ini cukup populer di kalangan turis, khususnya turis Jepang karena konon katanya, Hayao Miyazaki terinspirasi dari kota ini ketika membuat film Spirited Away. Orang-orang biasanya melakukan day-trip pulang hari dari Taipei ke Jiufen, tapi saya dan Junda memutuskan untuk menginap semalam di sana. Dan keputusan tersebut benar-benar tepat. Kota ini indah sekali, konturnya sedikit mengingatkan saya akan desa-desa di Cinque Terre, Italia. Aura kota ini sedikit misterius dan magis, mungkin sedikit dipengaruhi oleh hujan yang turun dengan awetnya saat kami ke sana, dan pendaran merah lampion yang berjajar.
6. VISA Gratis!*
Most importantly, warga Indonesia yang memegang visa atau izin tinggal dari Jepang / UK / Schengen / Korea / Australia / USA / New Zealand dalam 10 tahun terakhir, dapat mendapatkan izin masuk ke Taiwan secara gratis dengan mengisi formulir di sini. Mengisinya mudah, dan di akhir kita cukup perlu print formulirnya untuk kemudian diserahkan di imigrasi ketika masuk ke Taiwan.
Jadi, kapan nih mau ke Taiwan?
kaaaaakk.. ini Taiwan langsung masuk bucket list ku gara2 postingan mu di ig plus blog post ini :D
ReplyDeletecuss #visittaiwan2019
DeleteAkhir tahun asyique nih~~~ Persis kayak yg aku tonton di Meteor Garden 2018, kotanya bagus, gak kayak old china town yg kebanyakan orang orang bayangkan. Mir, ada bubble tea yg rasanya tidak biasa gak?
ReplyDeletesung berangkat tin. banyak tin, tapi kita ga mau gambling dan mau ngeranking jd nyobanya yg milk tea aja~
Delete"...sambil menghirup udara segar dalam dalam" ini juga yang saya lakuin kalo pas lagi traveling ke negara atau tempat yang udaranya bersih. Kasian ya paru-paru kita yang udah terlalu lama hidup di Jakarta. Btw kesan mirip kota-kota di Jepang itu memang bener banget, karena dulu Taiwan pernah dijajah Jepang agak lama dan budaya Jepang saking merasuknya sampai-sampai Taiwan terasa mirip bagian dari Jepang. Sampai sekarang banyak hal di Taiwan yang mengingatkan saya akan Jepang, mulai dari cara mereka membungkus snacks dengan individual packing sampai kegemaran orang Taiwan sama hotspring.
ReplyDelete