Flores Trip : #2 - Bertemu Si Komo

*Si Komo. Tapi palsu.

Pagi itu saya dibangunkan oleh sayup-sayup adzan Subuh yang berasal dari perkampungan di Pulau Komodo. Yap, mayoritas penduduk Pulau Komodo beragama Islam dan rupanya kapal kami 'parkir' tidak begitu jauh dari perkampungan penduduk sehingga adzan terdengar cukup jelas. Langsung saya beranjak sholat Subuh lalu nongkrong di meja makan menunggu sarapan sembari menikmati suasana pagi. Salah satu pagi paling indah dalam hidup saya. Pulau-pulau yang tadi malam tidak kelihatan karena gelap gulita sekarang mulai menampakkan dirinya.

*Matahari mulai muncul dari balik bukit

Tak lama sarapan pun dihidangkan. Banana pancake, omelet, dan toast. Dilengkapi oleh segelas teh susu hangat. Saya mulai curiga jangan-jangan dapur kecil itu adalah pintu yang sebenarnya terhubung ke restoran sebuah hotel.


Selesai sarapan dan sesi foto di ujung kapal dengan pemandangan Kampung Komodo, kapal pun segera bertolak menuju dermaga Loh Liang. Agenda pertama kami hari itu adalah trekking untuk melihat Si Komo. Sebenarnya ada dua spot untuk melihat Komodo, yaitu Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Habitat Komodo sendiri lebih banyak di Pulau Rinca dan juga lebih ganas karena minimnya makanan mereka (baca : rusa, babi, ayam, manusia) di sana. Karena kemarin sampai di Labuan Bajo kesorean, terpaksa si Pulau Rinca dilewatkan karena tujuan kami yang lain lebih dekat ke Pulau Komodo.

*Sesi foto di kapal (yang artinya : semua orang punya foto dengan angle yang sama. hahaha)

Kami melewati pemandangan pulau-pulau ciamik dengan langit biru dan laut yang tenang. Tak begitu lama, sampailah kami di dermaga Loh Liang. Dermaganya tampak baru. Sepertinya cukup untuk menampung ratusan kapal berukuran besar.

*Kapal kami yang cokelat di tengah

Setelah membayar uang masuk, charge kamera, dan tip untuk ranger, kami pun di-briefing singkat sebelum trekking. Pak Makesau, ranger kami menjelaskan beberapa peraturan yang harus dipatuhi demi keselamatan kami bersama. Misalnya jangan berpisah dengan grup, jangan berisik, dan perkenalan singkat dengan Komodo. Oiya, karena Komodo ini hewan liar yang hidup di habitatnya secara bebas, sebaiknya jangan berharap terlalu banyak di trekking ini. Kata Pak Makesau, di hari sebelumnya banyak orang yang tidak berjumpa dengan Komodo walau seekor pun. Dan ujung-ujungnya mereka komplain ke Taman Nasional Komodo. Padahal kan suka-suka Komodo-nya ya mau menampakkan diri atau enggak.

Pak Makesau sudah menjadi ranger selama 3 tahun. Saya tanya "Pak kenapa mau jadi ranger? Kan bahaya, Pak" jawabnya yaa mau gimana lagi untuk mencari nafkah buat keluarga. Sebelumnya beliau adalah seorang nelayan yang penghasilannya tidak tetap. Ranger ini bisa dibilang salah satu pekerjaan paling berbahaya deh. Bayangkan ancaman Komodo setiap harinya. Walaupun mereka sudah terlatih dan dilengkapi dengan tongkat sakti bercabang dua penghalau Komodo, tetap saja pernah ada yang 'kecolongan'. Pak Makesau menunjukkan foto temannya yang kakinya habis digigit Komodo beberapa waktu lalu di Loh Buaya, Pulau Rinca. Man, that was really a disturbing picture. Kakinya habis! Untungnya masih bisa diselamatkan nyawanya. Tapi sekarang temannya tersebut jadi lumpuh seumur hidup.

*Pak Makesau lagi menerangkan jalur trekking

Ada beberapa pilihan jalur trekking; adventure, medium, long, dan short trek. Kami pilih yang mana? Tentu saja yang short! Haha. Karena agenda hari itu cukup banyak, kami memilih untuk menyimpan energi yang akan dipakai seharian nanti. Durasi short trek ini kira-kira 1 jam. Walaupun takut, tetap saja kami berharap di trekking kali itu bakal ketemu dengan Si Komo. Minimal satu aja deh biar gak penasaran. 

Perjalanan dimulai. Rasanya kayak lagi masuk ke Jurassic Park dengan banyak hewan purba yang ganas mengintai kami. Deg-degan banget, tiap ada suara dikit langsung panik.


Eh beneran, baru aja jalan sebentar, kami sudah bertemu dengan Si Komo. Doi lagi berjemur cantik di Fregata Hill. Tau banget deh doi tempat yang fotogenic buat nampang. Pak Makesau terlihat senang dan lega sekali, mungkin takut kami komplain juga kalau ternyata gak ketemu Komodo. Beliau langsung nelpon teman-teman ranger yang lain agar segera menyusul ke Fregata Hill. Gak lama kemudian ada grup lain yang juga sampai di sana.

*Si Komo
*Si Komo kabur, bete karena udah rame.
*Baru berani foto-foto di sini pas Komodo-nya udah jauh. Haha.

Dan ternyata, itulah satu-satunya Komodo yang kami temui selama trekking. Katanya sih lagi pada kabur ke gunung karena di sana sedang banyak rusa. Okelah have fun dan selamat makan ya, Komo. Sampai bertemu lagi!

*Dermaga Loh Liang yang lama.

Note:
- Kalau mau trekking, datanglah sepagi mungkin. Karena jumlah ranger yang terbatas. Kalau pas ramai katanya bisa mengantri lama untuk menunggu giliran.
- Biaya masuk Taman Nasional Komodo (tiket, retribusi, charge kamera, ranger) untuk turis lokal kemarin sekitar 205 ribu untuk 5 orang. Tapi sebaiknya sih abis trekking kasih tip lagi seikhlasnya ke ranger.
- Kayaknya kalau nggak ketemu Komodo juga nggak bakal sedih-sedih amat deh. Lihat ke sekeliling, pemandangannya luar biasa sekali.

5 comments

  1. always breathtaking mba liat photo-photo mba dan ceritanya!! semoga bisa ke Flores tahun depan ,

    ReplyDelete
  2. Terima kasih! Aamin, semoga bisa ke sana juga :D

    ReplyDelete
  3. foto2 sama ceritanya kereen mba, breathtaking. berpikir mau LOB dri labuan bajo atau dari lombok tahun depan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Vika! Semoga tahun depan beneran bisa ke sana!

      Delete