Mengintip Taman Nasional Ujung Kulon

Akhir pekan selepas libur lebaran yang lalu, saya sempat ikut trip ke Ujung Kulon yang diadakan oleh salah satu travel agent ala backpacker yang sekarang memang sedang marak-maraknya menjual banyak trip murah ke berbagai destinasi.

Cukup dengan pesan singkat,

"Mir ke Ujung Kulon yuk!"

Saya terkadang bingung harus senang atau sedih akan betapa murahannya easy-going-nya saya menerima berbagai ajakan main. Senang karena berarti akhir pekan saya bebas dari kegiatan bengong di kosan, sedih karena dompet yang sebenarnya menipis. Ah tapi tak apalah. Uang bisa dicari, sementara ajakan seorang teman tidak akan datang kedua kali. Ya, pembenaran diri.

Ujung Kulon kerap dipergunakan di dalam percakapan sehari-hari sebagai konotasi untuk menyatakan sebuah tempat yang letaknya jauh sekali. Mungkin semakna dengan antah berantah. Pada kenyataannya, hal itu benar adanya. Letaknya jauh di ujung barat pulau Jawa, dengan jarak tempuh sekitar 7 jam perjalanan darat dari Jakarta ditambah 3 jam perjalanan laut untuk menuju Pulau Peucang. Perlu diingat pula akses jalannya dengan medan ekstrim naik turun dan kondisi jalan yang tidak bisa dibilang baik. Tapi untuk yang merindukan suasana pantai yang asri dan juga sepi, Ujung Kulon sangat saya rekomendasikan untuk tempat kabur sejenak dari hiruk pikuk ibu kota.

Dermaga Pulau Peucang

Life's always good at the beach, they said.

Trekking membelah hutan di Pulau Peucang. Takjub melihat pohon ini.
 
Jangan tanya ya ketemu badak apa enggak.  Tapi babi hutan dan rusa lucu seperti ini banyak dijumpai di perjalanan trekking di Pulau Peucang.

Setelah membelah pulau, ketemu pantai berkarang.

Kalo di instagram sih ini #liveauthentic abis.

Melihat Karang Copong. Mirip di Tanah Lot.

Makanan yang fresh dimasak di kapal. Wuih udah kayak live on board deh. Maknyus banget ikannya segar bikin pengen nambah-nambah.

Dermaga Cidaon, berbeda dengan peucang yang pasirnya putih, di sini pasirnya agak hitam. Padahal kedua pulau tersebut berseberangan.

Savana Cidaon dan pohon eksis. Pasti semua orang saat itu motret pohon ini.

Sekumpulan kerbau yang tadinya sedang asyik merumput jadi kabur ke hutan karena banyak om-om penasaran pengen foto bareng. Kasian mereka (kerbaunya, bukan om-omnya).

"Mir, mir, fotoin aing mir"

Muara Sungai Cigenter, bukan Amazon.

Menyusuri Sungai Cigenter, bukan Amazon. We were supposed to canoeing here. Tapi pada akhirnya kano-kano itu disatukan memakai tali dan ditarik dengan kapal mesin. Okay.

2 comments

  1. Hallo salam kenal kak mira, senang sekali bisa mampi kesini fotonya dan ceritanya bagus bagus! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haloo Ghea, salam kenal juga. Senang sekali ada yang mampir ke sini :D

      Delete