Mingalabar, Myanmar!

Myanmar, berawal dari e-mail dari sebuah maskapai mengenai promo kursi gratis mereka bagi member setia *cie, dilanjut dengan obrolan di WhatsApp dengan Mba Olip, tiba-tiba saja tiket PP Jakarta-Yangon sudah ada di inbox e-mail. Yay for another ASEAN trip! Dari rencana pergi cuma berdua, tiba-tiba anggota jadi bertambah hingga totalnya jadi 9 orang. Namun pada realisasinya, karena suatu dan lain hal yang jadi berangkat cuma 3 orang : saya, Mba Olip dan Mba Dina.

Shwedagon Pagoda, Yangon, Myanmar

Sedih, tapi ternyata sesudah sampai di sana saya jadi gak kebayang kalau ke-9 orang tersebut beneran jadi berangkat. Pasti ribetnya tiada dua.

Jadi, gimana kesan-kesannya selama di Myanmar?

- Lucu banget awalnya liat orang-orang pakai sarung di mana-mana, termasuk petugas bandara dan kuli bangunan, sampai anak sekolah juga seragamnya sarung! Hehe. Namanya Longyi. Dan memang pakaian tradisional Myanmar, yang hebat ya, masih eksis.

Pulang sekolah, masih pake sarung.

- Setir mobilnya di kanan tapi jalannya juga di kanan. Agak serem.

- Semua uang yang beredar di sana kumal. Heran.

Nuker 3 lembar uang Dollar dapat duit Kyat segepok

- Wanita-wanitanya pakai bedak dingin di pipi ke mana-mana. Katanya sih fungsinya sama kayak sunblock. Lucu!

Udah kayak gadis Burma belum? :P

- Orang Myanmar lumayan jorok, suka buang ludah dan bekas sirih di mana-mana. Bahkan di pesawat saya sebelahan sama orang Myanmar yang suka banget ngeludah ke plastik kresek :|

What to Visit in Myanmar?

Kalau mendengar kata Myanmar, di kepala saya sih yang kebayang langsung Bagan. Sebuah kota di Utara Myanmar yang punya ribuan candi. Meskipun saya bukan candi enthusiast dan kalau ketemu candi paling-paling dipake buat spot foto doang, tapi saya dari dulu emang pengen banget ke Bagan. Kenapa? Karena ada balon udaranya! Mirip kayak yang di Cappadocia, Turki, tapi bedanya pemandangannya ribuan candi.

Expectation. Source : here

Tapi karena kurang riset dan pergi cuma berdasarkan tanggal long weekend, kami baru tau kalau ternyata bulan Agustus di Myanmar adalah musim hujan yang artinya : BALONNYA GA TERBANG.

Kuciwa dikit. Tapi ternyata tanpa balon pun Bagan udah asik banget sih. Muter-muter komplek candi yang luas banget pake sepeda listrik, dan di kanan-kiri ada candi-candi yang bikin ga berhenti buat "whoaaa.. whoaaaa"

Bagan di hari terakhir, cerah. Sebelumnya mendung

Salah satu pagoda di Bagan

Mount Popa, dekat Bagan. Ada pagoda di atas bukit batu itu.

Selain Bagan, biasanya turis-turis mengunjungi Inle Lake dan juga Yangon. Di Inle Lake banyak objek wisata tapi kemarin kami cuma tertarik untuk ke Kakku yang letaknya ada di Taunggyi, sekitar 2 jam dari Inle Lake. Di sana ada komplek pagoda yang punya ribuan stupa. Cool.

Kakku stupa forest, Taunggyi

Di Yangon ada Shwedagon Pagoda yang hits banget. Ada patung sleeping Buddha yang besar. Dan ada pasar. Dan juga kemacetan. Dan juga kekacauan. Haha.

Patung Sleeping Buddha

Bogyoke Ausan Market, Yangon. Macets

Yangon, Inle Lake, dan Bagan itu letaknya saling berjauhan. Bisa dicapai dengan bis malam. Kemarin saya tidur di bis selama 3 malam demi mengunjungi kota-kota tersebut. Sebaiknya book bisnya secara online di www.myanmarbusticket.com biar gak kehabisan.

Jadi, enaknya Itinerary-nya gimana dong?

Berikut itinerary saya kemarin:


Cukup padat dan efisien, tapi gak cape-cape banget pas ngejalaninnya.

Rute saya : Yangon - Inle Lake - Bagan - Yangon

What to eat in Myanmar?

Banyak gerobakan makanan di pinggir jalan yang menjual semacam mie ayam gitu. Namun ngeliat pedagangnya yang ngaduk mie dan bumbunya memakai tangannya, kami pun langsung mengurungkan niat untuk mencicipi. Ditambah orang-orang Myanmar yang tampaknya gemar sekali meludah sembarangan, kami pun makin urung untuk icip-icip makanan di pinggir jalan. 

Street food Myanmar. Jeroannn x_x

Makanan yang kami cicipi adalah kari ayam di restoran muslim Myanmar di dekat Bogyoke Ausan Market, Yangon. Rupanya kari adalah salah satu jenis makanan yang populer di Myanmar - yang baunya saya ga terlalu suka. Agak pekat mirip masakan India.

Tofu salad. Kayak tahu jepang digoreng kering, dicampur tahu yang masih basah dan bumbu mirip telur asin gitu. Not bad.

Green tea leaf salad idolaku

Selain itu, kemarin sempat nyobain Soya Bean Curry, Tofu Salad, dan favorit kami : Tea Leaf Salad. Favorit banget sampe-sampe dua hari berturut-turut pesan itu pas di Bagan. Komposisinya terdiri dari daun teh, irisan tomat, kacang kedelai, dan cabe rawit. Enaaak.

Where to stay?

Kalau berencana pindah kota sih lebih baik menghabiskan malam di bis. Supaya hemat waktu dan biaya, karena perjalanan bisa memakan waktu 7 jam lebih. Bahkan Yangon - Inle Lake kemarin hampir 12 jam perjalanan.

Tapi biar ga remuk-remuk banget, sebaiknya luangkan satu hari untuk menginap di hotel. Pilihannya kayaknya paling enak nginep di Bagan, karena Bagan juga luas banget dan gak puas kalau cuma muter-muter sehari.

Where is the best place to shop for souvenir?

Longyi warna warni

Dari 3 kota; Yangon, Inle Lake, dan Bagan, saya dan Mba Olip (yang sama-sama suka lupa diri kalau liat souvenir-souvenir etnik), menyimpulkan kalau paling enak belanja di Bagan! Tepatnya di pasar yang ada di Old Bagan. Biasanya yang dibeli adalah Longyi, sarung khas Myanmar. Di Old Bagan motifnya lebih bervariasi dan harganya fix tapi murah! Selain Longyi ada juga tas tenun ala biksu khas Myanmar (yang dipakai sama anak-anak ke sekolah). Range harganya dari sekitar 2000 - 6000 Kyat.

So, how much money should I prepare?

Karena semua tiket perjalanan (termasuk pesawat dan bis) juga penginapan sudah dibayar di awal sebelum berangkat, kemarin saya bawa uang cuma sekitar USD 160, dengan catatan : saya belanjanya kalap banget. Dari awalnya bawa carrier 32 liter yang terisi cuma 1/2nya, pas pulang carrier udah super padat.

Kalau gak pake belanja-belanja sih kayanya bawa USD 100 juga masih kembalian kok. Myanmar sama seperti negara-negara ASEAN lain, masih murah banget biaya hidupnya.

And, where can I get Myanmar Kyat?

Kayanya di Indonesia ada tapi susah dapetnya. Lebih baik sih bawa Dollar lalu tuker Kyat di bandara. Sedihnya nanti Dollar kita yang licin kinyis-kinyis bakalan dituker sama lembaran-lembaran kusam uang Myanmar. Di tempat-tempat yang ramai turis sih masih menerima pembayaran pakai Dollar. Kadang lebih untung bayar pakai Dollar daripada pakai Kyat karena rate-nya suka dimahalin daripada aslinya. Misalnya tiket masuk Bagan harganya 20 Dollar per-orang. Kalau bayar pakai Kyat jadinya 20 x 1.300, jadi 26.000 Kyat, padahal di Money Changer 1 Dollar = 12 ribuan Kyat. Jadi intinya sih mesti pinter-pinter berhitung. Lebih baik ngantongin Kyat dan Dollar juga buat jaga-jaga.

Sekian dulu gambaran umum tentang piknik ke Myanmar, selamat piknik!

Catatan:
1 Kyat = sekitar 11 Rupiah.

6 comments

  1. mir.. kamu membuatku ngilerrr pengen pickle tea leaf saladd T.T *masih ga paham yg disebut 'salad' di sana itu diapain masaknya =))

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih Mbaaak. jadi pengen lagi ya. yuk ke Bagan lagi tiap hari makan itu hahaha

      Delete
  2. Replies
    1. Iya Mbak Non, kece banget. Tapi ga dapet foto balon nih :(

      Delete
  3. kebayang muka-muka kalian liat streetfood di sana .. alex yg pemakan segala aja, pulang2 menci2 dia. Aku berasa kuman banget, makan begituan tapi ga kenapa-napa :') Alhamdulillah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha turun 2kg selama di Myanmar, Mbak. Biasanya rakus jadi kalem di sana =))

      Delete