Piknik ke Kuburan di Manila

Sepulang dari El Nido, saya sempat singgah satu malam di Manila sebelum kembali ke Indonesia. Pada awalnya sih saya tidak terlalu tertarik untuk berjalan-jalan di Manila karena konon katanya kondisi kotanya masih mirip dengan Jakarta. Tapi sewaktu blog-walking ke blog Bang Ari dan ngobrol-ngobrol via WhatsApp, saya jadi tahu kalau ada satu tujuan menarik di Manila yang bikin saya penasaran banget untuk ke sana. Yaitu adalah.... kuburan.

 Apahh? Apa enaknya sih main-main di kuburan? Kan Serem.

Eits tunggu dulu, kuburan ini bukan kuburan biasa. Kompleks pemakaman Manila American Cemetery and Memorial ini adalah tempat dimakamnya para tentara-tentara Amerika yang meninggal di saat perang. Yang bikin tempat pemakaman ini tidak biasa adalah karena bentuknya berupa padang rumput hijau luas di tengah gedung-gedung pencakar langit di distrik bisnis sibuk Filipina, Bonifacio Global City. Ngebayangin pemandangan padang rumput hijau dengan salib-salib putih yang berbaris rapi dengan latar belakang gedung-gedung tinggi, rasanya pasti bakal dreamy sekali, seperti di film-film.


Oke, jadi first thing first setelah saya sampai siang hari di Manila lalu check-in dan naruh barang-barang di hostel, saya langsung bergegas menuju ke pemakaman ini. Hasil nanya-nanya ke resepsionis hostel ternyata susah untuk ke Manila American Cemetery dengan naik jeepney (angkot khas di Manila -- more on this later). Tapi jangan khawatir, karena di Manila sudah ada Uber, Grab Taxi, Grab Car, sampai Grab Bike. Yayy! Gak lama setelah pesan lewat aplikasi, saya dijemput oleh seorang pria bernama Fernando yang mengendarai mobil sedan Honda City. Wow aku berasa jadi Rosalinda :))

Jaraknya tidak terlalu jauh dari hostel saya di daerah Makati. Tarif Uber ke sini kalau ga salah cuma sekitar 100-an Peso aja. Tiket masuknya gratis, tapi kita perlu nunjukin passport di pos satpam di depan. Dan seperti biasa, percakapan seperti ini pun terjadi untuk yang ke-123.456 kalinya #lebay

"Where are you from?", tanya si satpam
"Indonesia"
"Wow, I thought that you are Filipino, because your face is like Filipino!" katanya terkejut
"And your face is just like Indonesian", respon saya yang udah bosan dikatain Filipino berkali-kali.
"Hahaha, ea uga eaa", kata satpam sambil ngakak (diterjemahkan ke Bahasa Gawl Ibukota - red)


Sampai di dalam saya cuma bisa melongo dan gak berhenti buat motret sana-sini. Suasananya chill banget ditambah dengan hembusan angin semilir walaupun saat itu Manila cukup terik. Pengunjung tidak begitu ramai, bahkan bisa dibilang cuma saya yang wara wiri ke sana ke mari saat itu.

Bundaran setelah gerbang masuk









Di tengah-tengah kompleks pemakaman ada semacam monumen memorial berisi nama-nama tentara Amerika yang dimakamkan di sana. Oiya batu-batu nisan di sana tidak bernama, dan hanya ada nomer saja. Selain itu ada juga chapel kecil yang beberapa saat sekali membunyikan lonceng dan lagu-lagu pujian. Syahdu sekali~






Ijo ya rumputnya.. (abaikan orangnya)

Betah sekali rasanya saya berlama-lama di sana. Resmi saya nobatkan menjadi tempat paling favorit yang pernah saya kunjungi di Manila. Jika kalian mampir ke Manila, jangan lupa untuk menyempatkan mampir ke sini. Recommended!

No comments