Berjalan Berkeliling Lisbon


Kami semua bangun lebih pagi karena hari itu agendanya adalah jalan-jalan muter di kawasan old-town Lisbon dan berhubung searah, kami nebeng ibunya Rita yang akan berangkat ke kantor. Meskipun pagi itu rasanya lelah banget karena sisa-sisa mendaki dan jalan jauh di Sintra kemarin masih terasa, tapi kami tetap semangat karena dari kemarin memang belum main-main di pusat kotanya Lisbon.

Kami nebeng ibunya Rita sampai di kantornya, lalu berjalan sedikit ke cafe yang ada di dekat situ untuk sarapan. Rita bilang kalau cafe ini adalah cafe hits di kalangan anak muda Lisbon, dan salah satu tempat favorit dia buat sarapan bareng teman-temannya. Dia keliatan happy banget pas cerita kalau law firm tempat dia akan bekerja setelah lulus ternyata berada tepat di sebelah cafe itu. 


Cafenya (duh saya lupa banget namanya apa) lumayan asik, tipikal cafe modern gitu deh. Di sana saya pesan menu sarapan favorit saya (setelah nasi uduk, nasi goreng, dan bubur ayam tentunya), yaitu yoghurt dengan potongan buah. Saya pesan mangga dan almond, dengan topping madu. Segar sekali. Tak lupa segelas latte dan croissant. Loh kok banyak yaaa sarapannyaa? Gapapa lah ya, bekal buat jalan jauh hari itu. Haha. Rita bilang croissant di sini khas karena teksturnya yang lebih mirip roti. Tapi pas nyobain, saya jauh lebih suka croissant pada umumnya, terutama yang dijual di Sainsbury's (indomaretnya Inggris) soalnya murah, karena teksturnya lebih ke pastry dan gampang hancur.


Pagi itu ada Margot, sahabatnya Rita sejak SD, yang ikut kami sarapan. Karena Margot juga sebelumnya pernah main ke London dan nginep di flat, jadi ya lumayan ikrib gitu deh dengan saya dan Max. Kami ngobrol-ngobrol santai lumayan lama sampai akhirnya memutuskan untuk memulai petualangan hari itu. 

Suka sekali dengan palet warna gedung random ini.

Setelah dadah-dadahan sama Margot, kami beranjak jalan kaki ke Campo Pequeno yang letaknya ga jauh dari situ. Dari awal Rita udah wanti-wanti kalau hari itu kami akan banyak jalan kaki. Berhubung saya suka banget jalan kaki dan udara hari itu cerah (malah cenderung panas), maka I don't mind at all! Campo Pequeno ini dulunya adalah arena untuk adu benteng, tapi sekarang sudah beralih fungsi jadi bioskop dan tempat berbagai event. Kami cuma thawaf satu puteran, nggak masuk ke dalam, karena memang saat itu lagi ga ada apa-apa di dalamnya. 

Campo Pequeno.


Dari sana kami berjalan lumayan jauh menyusuri gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, hingga akhirnya tiba di kawasan kota tua-nya Lisbon.

Marquess of Pombal square, bunderan HI-nya Lisbon.

Rindang banget, sebuah surga di tengah matahari musim panas.


Saya suka sekali suasana kota tua-nya Lisbon, meskipun penuh dengan turis, tapi masih belum seramai dan sesumpek Praha. Bangunan-bangunannya punya palet warna pastel, dan jendela-jendelanya khas sekali. Di beberapa bangunan, terlihat pattern khas portugal di dinding, dan tak lupa jemuran yang digantung di jendela!



Pattern khas Portugal.




Mendekati jam makan siang, Rita nanya kami pengen icip makanan apa. Saya dan Max kompak kalau kami pengen makan masakan khas Portugal, karena saya sendiri suka banget makanan-makanan yang biasanya dimasakin Rita di Flat. Favorit saya adalah Bacalhau à Brás, yang terbuat dari ikan cod yang disuwir-suwir, dicampur dengan potato stick dan telur. Semacam perkedel tapi ga dibentuk-bentuk dengan rasa ikan yang strong dan kentang yang masih krenyes-krenyes. Rita nawarin untuk makan di buffet all you can eat, 15 euro all-in. Seperti biasa ya Portugal, muraaaaah banget! Di 15 euro itu kita udah dapet appetizer, main course, dessert, minuman (bisa kopi, atau bahkan disediain wine juga kalau mau), dan grill-grillan berbagai daging. Tentu saja saya dan Max langsung setuju tanpa ragu.


Kami pun langsung berjalan ke La Paparrucha yang ternyata ga jauh dari situ. Di resepsionis, Rita langsung nyebutin kalau dia udah buat reservasi di meja yang viewnya paling bagus. Saya dan Max langsung ngakak.

"You know it's so funny because when you suggested the idea, it was like it suddenly popped out in your mind. And now it turns out that you already made a reservation", kata Max masih sambil ngakak.

"Hahaha. Yeah, cause I'm afraid that you wanted something different. I made a reservation just in case, as this restaurant, particularly this table, is usually packed during lunchtime", bela Rita.

Suasana di restoran lumayan asik dengan pemandangan kota Lisbon, karena letaknya yang agak di atas. Makanannya juga lumayan enak, sayangnya beberapa menu ada pork-nya jadi saya nggak bisa icip-icip. Padahal penampakannya terlihat enak dan menggoda.

Di sana saya icip-icip snack kecil yang bentukannya mirip risol. Saat saya nanya namanya ke Rita, ternyata namanya risol juga! Percakapan pun berlanjut sampai saya akhirnya mendapati bahwa kroket dan pastel juga bernama sama dalam bahasa Portugis. Sebuah penemuan menarik hari itu. Ternyata, meskipun bangsa Portugis cuma bentar menjajah Indonesia, pengaruhnya lumayan juga ya.

Paprika yang isinya lentil, sayur-sayuran dengan topping mozzarella. Di kanan atas ada Bacalhau à Brás. Yum!


Setelah kenyang makan dan diakhiri dengan secangkir espresso, acara jalan kaki hari itu pun dilanjutkan kembali. Kami melewati Manteigaria, sebuah toko pastry yang spesial menjual eggtart. Katanya, eggtart di sini adalah yang kedua terenak (yang pertama adalah yang di Belém), dan bahkan ada sebagian orang yang bilang kalau Manteigaria lah yang paling enak. Meskipun kenyang, karena penasaran dan how could I say no to eggtart?, akhirnya saya pun memutuskan untuk icip barang sebiji aja. Harganya cuma 1 euro, lebih murah 20 sen dari Belém. Dan ternyata rasanya sama-sama enak! 11-12 sih, I can't really tell the difference though, but I prefer the one in Belém. Mungkin karena eggtart Belém adalah cinta pertama saya dengan eggtart.

Fun fact: manteiga artinya adalah... yak benar sekali, mentega!

Cute photobomb :))


Arco da Rua Augusta


Pemandangan dari atas Arco da Rua Augusta



Cute yellow vintage tram!




Setelah lelah berkelana di old-town Lisbon (hari itu kami berjalan lebih dari 10 km!), kami memutuskan untuk menikmati sunset di pantai yang ada di dekat rumah Rita, jadinya sekalian ke arah pulang. Kami naik kereta dari Cais do Sodré dan turun di stasiun Carcavelos, lalu jalan sedikit ke pantai. Pantai ini cuma sekitar 15-20 menitan jalan kaki dari rumahnya Rita. Asik banget ya kalau di dekat rumah ada pantai begini. 


Kami mengakhiri hari dengan duduk santai sambil ngobrol di Windsurf Cafe yang letaknya di pinggir pantai persis. Saat itu sudah memasuki waktu makan malam, tapi berhubung saya masih kenyang banget karena tadi makan buffet all you can eat, saya memutuskan untuk ngemil aja dan pesen chicken wrap. Bayangan saya, yang dateng bakalan mirip wrap on-the-go berukuran mini yang dijual di supermarket-supermarket di London, soalnya harganya cuma 5 euro.

Kenyataannyaaa, yang datang adalah makanan proper yang lengkap dengan crisps dan salad. Saya cuma bisa melongo, udah gak paham lagi kenapa Lisbon bisa murah banget. Coba aja di London begini, saya udah bisa naik haji kayanya. Wrap-nya enaaaak. Isinya sayuran, grilled chicken, dan caramelized onion gitu. Di luar ekspektasi banget.


Kami duduk di situ lumayan lama hingga hari gelap dan ngobrol panjang lebar berhubung itu malam terakhir sebelum kami berpisah. Obrolannya dari mulai tentang flatmate-nya Max dulu di jerman yang punya kepribadian ganda dan agak creepy, sampai obrolan deep tentang argumen saya mengenai kenapa semua orang harus mulai cebok pakai air dan meninggalkan toilet paper. Hahahaha.

Agak sedih juga sih, karena dua bocah ini udah kayak sodara sendiri. Tapi ya namanya juga hidup, ada pertemuan pasti ada perpisahan. #ahzeg

Selfie terakhir bertiga, ketika kulit semua orang sudah mulai menggelap.

Yak, begitulah akhir dari kisah perjalanan saya ke Lisbon. Keesokan harinya, saya diantar oleh Rita dan Bapaknya ke bandara. Saya mengucapkan terima kasih banyak-banyak ke Rita dan keluarganya sebelum berpisah, karena tanpa mereka, mungkin Lisbon tidak akan semenyenangkan ini :D

Oiya, saya juga sempat bikin video dari footage-footage yang saya ambil acak selama perjalanan di sana. Bisa disimak di bawah ini:

6 comments

  1. Foto-fotonya seger dan cerah khas Portugal banget. Sebenernya salah satu yang paling saya inget waktu traveling ke London adalah makanannya muuaahaaal! Dan yang bikin nyesek saya ke UK habis dari Eropa Daratan yang makanannya secara umum memang lebih murah. Kebayang seandainya waktu itu ke Portugal juga pasti udah makan banyak, kenyang, dan murah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Efek musim panas kayanya ya, jadi relatif lebih cerah. Bener banget, di Eropa daratan sendiri Portugal termasuk yang paling murah.

      Delete
  2. Aduh cantiknya Lisbon ini <3 suka banget kak sama warna-warni khas kotanya yang vibrant ini. Entah kenapa agak mirip sama gedung-gedung di Prague dengan atap-atap oranye-nya. Totally eye-catching!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh iya juga ya, aku baru nyadar. Apa jangan-jangan perusahaan produsen atap di Eropa cuma satu ya. Hmmm

      Delete
  3. Miraa, kamu kapan ini ke Lisbonnya?
    Wow banget jalan dr campo pequeno smp ke praça comercio hihi. Untungnya ga nanjak ya. Sempet ke alfama/Mouraria neighbourhood ga? Those are my favs! ;) fyi untuk ukuran portugal, 15eur msh mahal karena...di Porto bs makan decent cm 10 eur haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Summer 2017, Bel! Iya pas aku liat-liat di maps lagi ternyata mayan juga jalannya kemaren itu. Tapi ga kerasa sih soalnya senang. Aku ga kebayang daerah yg kamu sebutin itu yang manaa sangking banyaknya yg dilihat. SERIUS 10 EURO?? padahal aku nemu buffet 15 euro aja udah seneng bukan main. Hahaha. pengen ke Lisbon lagi jadinyaa

      Delete