"Nonton.. Engga.. Nonton.. Engga..", kira-kira begitu lah kegalauan yang ada di dalam hati saya sejak melihat notifikasi di Songkick, bahwa penyanyi idola saya akan manggung lagi di London bulan Agustus.
"Pengen nonton, tapi kan udah pernah. Dua kali."
Perjumpaan pertama saya dengan Jens Lekman adalah di Bandung, tahun 2010, ketika Jens tampil di Sabuga bersama Kings of Convenience. Perjumpaan itu membekas sekali, karena itu adalah konser penyanyi luar yang pertama saya datangi.
Perjumpaan kedua ada di bulan November 2016. Begitu tau kalau Jens Lekman akan bernyanyi di London, tanpa pikir dua kali saya langsung beli tiketnya. Padahal saat itu saya sendiri belum berangkat ke London. Haha. Perjumpaan kedua ini rasanya jauh lebih intim daripada saat menonton Jens di Bandung, karena venuenya adalah Oslo Hackney, sebuah pub hipster di kawasan Hackney yang lumayan sering jadi tempat manggung musisi-musisi indie. Kecil banget lah kalau dibandingin sama Sabuga yang tempat wisudaan anak-anak ITB itu. Saya sengaja datang lebih awal supaya dapet tempat paling depan. Panggungnya gak terlalu tinggi, penontonnya asik dan semuanya ikutan nyanyi-nyanyi dan joged bareng Jens yang kali itu cuma tampil sendirian dengan gitar dan laptopnya. Pertemuan itu lagi-lagi membekas karena pas habis joged-joged pakai tambourine, Jens ngasih tambourine-nya ke saya. Wah, udah kesenengan banget karena saya kira tambourine-nya bisa dibawa pulang. Ternyata dia cuma minta megangin doang, karena di saat itu dia harus main gitar. Tapi, tetap saja senang!
Jens banyak bawain lagu-lagu baru yang terdengar asing, karena saat itu album barunya yang berjudul Life Will See You Now belum dirilis. Di sela-sela lagu dia bilang, kalau kali ini dia konser dengan tujuan untuk ngumpulin duit, biar bisa balik lagi ke London untuk manggung di venue yang lebih gede, trus bawa band-nya. Manggung untuk bisa manggung, benar-benar #musicianlyfe.
--
"Udah deh, ga usah nonton, kan November kemarin baru aja nonton dia. Kayaknya Agustus juga lagi sibuk-sibuknya disertasi deh", pikir saya kali itu mantap.
Waktu berlalu, dua minggu sebelum konsernya berlangsung, di tengah-tengah mumet ngerjain disertasi, saya iseng buka-buka Songkick. Saat itu saya sadar kalau tanggal konsernya Jens Lekman ternyata pas banget setelah deadline submit disertasi. Saya pun galau lagi.
Kira-kira begini isi kepala saya saat itu:
"Duh, apa nonton aja ya, itung-itung refreshing abis disertasi".
"Tapi kan udah nonton dua kali."
"Eh, tapi beda lah. Dia kali ini bawa band katanya."
"Udahlahhh, nonton aja Mir! Kapan lagi."
Akhirnya tanpa ba-bi-bu, saya cek website jualan tiketnya, dan tiketnya masih ada! Langsung deh saya beli biar ga galau-galau lagi.
Seperti biasa, dapet barisan terdepan!
Konser dimulai dengan Jens membawakan lagu "Do You Believe in Magic", yang merupakan cover dari band bernama The Lovin' Spoonful, dengan gitar akustik. Setelahnya, para personil band yang isinya mbak-mbak kece naik ke panggung, dan mereka pun membawakan lagu "What's The Perfume That You Wear". Langsung deh semua penonton joged-joged ngikutin lagu. Saya suka banget sama band pengiringnya Jens Lekman saat itu. Mereka sukses bikin lagunya jadi lebih hidup dan asik.
Malam itu lagu favorit saya, "Hotwire and Ferris Wheel" dibawain dengan apik sekali. Ternyata, keputusan saya benar banget untuk nonton Jens Lekman ketiga kalinya. I was so happy, I smiled from the beginning to the end of the concert.
Kira-kira begini.
Asik banget ngeliatin si Mbak yang main keyboard joged-joged asik mengikuti irama gitu.
Sembilan lagu berlalu, setelah "Postcard #17", mereka pun pamit ke belakang.
Setelah disorak-sorakin minta encore, barulah dia naik lagi ke panggung. Sendirian. Ku tahu ini trikmu, Jens.
Ditutup dengan "Your Arms Around Me", it successfully brought a nostalgic feeling
Well, sampai ketemu lain kali, Jens!
No comments