Beberapa tahun terakhir ini, saya merasa butuh untuk memberikan perhatian yang lebih ke masalah sampah. Kalau lagi melihat foto timbunan sampah di TPA, foto hewan-hewan laut yang mati karena sampah plastik produksi manusia, saya jadi kayak suka merenung gitu, akan jadi apa ya dunia ini di masa depan kalau semua orang terus-terusan cuek tentang masalah ini? Dulu saya kira membuang sampah pada tempatnya itu sudah cukup. Tapi ternyata belum, soalnya sampah-sampah kita ya akan berakhir ke TPA, yang sebagian besarnya akan tetap diam aja di sana, yang kalau udah menggunung bisa jadi bakal berakhir ke laut, lalu di makan ikan, lalu ikannya kita makan lagi. Sad.
I feel like I have to do something more. Something bigger. Saya mulai istiqomah ga minta plastik kalau berbelanja. Mulai belanja di pasar dan memasak makanan sendiri sehingga mengurangi sampah makanan take-away, kalau pun harus beli, saya berusaha untuk membawa tempat makan sendiri, kalau pas lagi ga bawa, saya selalu cuci bersih sampah-sampah plastik yang bisa didaur ulang lalu saya setor ke waste management system seperti waste4change. Ibu-ibu di pasar sampai hapal dengan saya yang selalu membawa wadah makanan kalau mau beli ayam atau ikan, hehe. Meski pun masih nyampah, tapi seenggaknya udah lumayan berkurang dan jadi lebih bertanggung jawab mengolah sampah yang saya hasilkan di rumah.
Kemarin, setelah banyak merenung dan baca-baca artikel, saya memutuskan untuk mulai mengganti deterjen cair yang biasa saya pakai dengan deterjen natural yang saya buat sendiri. Kenapa?
- Deterjen tentu ada sampah plastiknya, yang sedihnya sulit untuk didaur ulang karena jenisnya yang sudah dilaminasi.
- Kalau Googling dampak buruk deterjen, pasti akan mikir lagi karena selain dampak kesehatan yang disebabkan oleh zat kimiawi berbahaya untuk bahan dasar deterjen, dampak lingkungannya juga besar. Limbah deterjen akan mencemari air tanah, dan mengganggu kestabilan ekosistem.
Setelah browsing banyak alternatif lain deterjen, saya memutuskan untuk menggunakan lerak, sebagai pengganti deterjen yang alami. Lerak (soapnut) ini tadinya lebih dikenal sebagai bahan pencuci batik karena bagus untuk melindungi warna batik agar tidak cepat pudar. Lerak mengandung saponin atau busa alami, dan terbukti bisa mengangkat kotoran dengan ampuh. Buah ini bisa ditemukan di pasar atau di e-commerce kesayangan kamu.
Gimana cara bikinnya?
Rendam lerak (15 buah) selama 2 malam hingga teksturnya lunak, lalu buang bijinya.
Pencet-pencet daging buah lerak hingga mengeluarkan cairan berwarna coklat dan busa (ini zat saponin yang kita butuhkan untuk sabun kita nanti).
Lerak tanpa biji yang sudah dipencet-pencet. Busanya melimpah!
Bau lerak agak asem kecut gitu, mirip kayak bau asem jawa. Kalau tidak terbiasa dengan baunya, boleh ditambahkan aroma lain dari lemon atau essential oil. Karena saya terbiasa minum honey-lemon shot setiap pagi, saya punya kulit lemon yang melimpah, jadinya saya cemplungin aja ke dalam rendaman lerak.
Tambahkan air kurang lebih 1 liter, lalu masak dengan api kecil selama kurang lebih satu jam. Di sini busa akan perlahan-lahan menghilang. Di proses ini, rumah saya jadi enak sekali aromanya, bau lemon tea!
Setelah sejam, matikan kompor dan dinginkan. Saring lerak ke dalam wadah, lalu siap digunakan. Warnanya akan jadi coklat begini, persis lemon tea. Agar lebih awet, simpan larutan lerak di dalam kulkas.
Percobaan pertama mencuci dengan lerak, saya menggunakan 2 sendok makan lerak untuk satu ember kecil cucian. Busanya lumayan juga, meskipun gak sebanyak deterjen yang biasa. Tapi perlu kita ketahui, busa bukanlah ukuran bersih-engganya kita mencuci. Busa adalah trik dari produsen deterjen untuk jualan, dan untuk membuat busa yang lebih banyak, butuh zat kimia yang lebih banyak lagi juga.
Hasil cuciannya gak terlalu berbau. Jadi bau asam lerak sebenarnya gak terlalu mengganggu karena gak kecium juga. Tapi untuk yang gak suka, menambah lemon adalah solusi yang cukup oke kok.
Repot ga?
Repot sih~ Tapi cukup senang saat mengerjakannya. Semoga bisa konsisten! (ngomong sama diri sendiri)
No comments