Setelah puas hujan-hujanan menguntit kucing-kucing di Houtong Cat Village, saya dan Junda melanjutkan perjalanan ke Jiufen, tempat di mana kami akan bermalam. Dari Houtong, kami naik kereta menuju Ruifeng, lalu lanjut naik bus hingga ke Jiufen. Halte bus cukup ramai sore itu, untung saja semua orang bisa terangkut di dalam bus, walaupun harus berdiri berdesak-desakan. Sialnya, rute dari Ruifeng menuju Jiufen adalah jalan menanjak penuh tikungan, karena posisi Jiufen yang ada di atas gunung. Ditambah lagi dengan kecepatan mengemudi sang supir yang kayaknya tidak terlalu takut akan maut, kami semua sukses terombang-ambing di dalam bus.
Sesampainya di Jiufen, kesan pertama kami sejujurnya adalah, "gini aja nih?". Karena di sana isinya ya seperti night market yang sudah kami datangi di Taipei. Kami melewati lorong panjang sempit berisi kios-kios makanan dan souvenir yang dipenuhi oleh kerumunan turis. Kami masih menggotong ransel kami yang lumayan berat jadinya tidak bisa terlalu menikmati. Saya sendiri sebenarnya sudah excited ingin foto-foto tapi saat itu rasanya prioritas utama adalah menurunkan ransel dan rebahan sedikit. Setelah lorong panjang penuh manusia, kami masih harus mendaki sedikit hingga akhirnya sampai di hotel.
Berdasarkan banyak rumor yang beredar, Jiufen adalah kota yang menjadi inspirasi Hayao Miyazaki dalam membuat film Spirited Away. Yang udah pernah nonton mungkin inget ada Chihiro, gadis kecil yang harus bekerja di tempat pemandian karena ayah dan ibunya tiba-tiba berubah menjadi babi secara misterius. Kios-kios penuh makanan tempat ayah dan ibu Chihiro makan dengan rakus memang agak mirip dengan suasana Jiufen. Untuk tempat pemandiannya sendiri, konon katanya sih, terinspirasi dari Ah Mei Tea House yang juga ada di sini. Sebagai orang yang ngefans sama Ghibli dan kebetulan lagi berkunjung ke Taiwan, tentu ga akan melewatkan untuk berkunjung ke sini.
Selesai check-in di hotel, sholat, dan rebah-rebahan sedikit, saya dan Junda langsung keluar untuk jalan-jalan. Sebenernya, bisa dibilang Jiufen itu isinya yaaa kios-kios doang. Makanya kami menyarankan untuk keluar dari jalan utamanya, karena di luar jalan utama kita bisa menikmati desa dengan kontur daerahnya yang berbukit-bukit. Beberapa kali kami mendapatkan spot foto bagus setelah menaiki tangga yang ternyata berujung di atap rumah orang. Selain foto-foto, beberapa toko juga memberikan sampel makanan, jadi kami bisa icip-icip. Sebenernya cukup seru untuk lihat-lihat dan icip-icip sampel makanan gratisan, tapi kerumunan turisnya Masya Allah bikin mumet banget. Kebanyakan dari mereka adalah turis dari Jepang (kesimpulan dari ngupingin bahasanya), yang mungkin sama seperti kami, ke sini karena film Spirited Away.
Makanan ini muncul juga di Spirited Away.
Telur 'pindang' kuah teh. Saya suka banget nih!
Kerumunan yang tidak terlalu ramai. Di spot yang ramai, boro-boro bisa foto-foto.
Gak tau kenapa, di Taiwan banyak banget pengrajin Ocarina, alat musik tiup yang ada di game Harvest Moon. Saya coba beli 1 karena suaranya merdu banget pas ditiup abang-abangnya. Pas nyoba niup sendiri, langsung kesel denger suara fals-nya. Wkwk
Banyak souvenir Ghibli.
Ambil satu, ga ketauan kali ya.
Di Jiufen ini juga terdapat banyak tea house, atau rumah tempat minum teh. Yang paling terkenal tentu saja si Ah Mei Tea House yang jadi inspirasi film Spirited Away tadi. Kita bisa datang ke sana untuk ikutan upacara minum teh secara tradisional. Tadinya saya dan Junda (yang adalah avid tea drinker) semangat banget mau ke sana untuk minum teh, tapi kami langsung mengurungkan niat setelah melihat harganya yang lumayan mahal dan juga membaca banyak review yang bilang overrated. But we still want to drink nice cuppa tea in Jiufen, though. Setelah riset, kami memutuskan untuk minum teh di Siidcha, tea house yang lebih modern.
Saya pesan matcha coffee latte dan Junda pesan teh-lupa-banget-namanya-apa-pokoknya-susah-diingat. Yang saya ingat, dua menu ini termasuk di daftar recommended di menunya. Kopi saya agak unik rasanya, karena ada tambahan matcha yang rasa pahitnya dominan. Punya Junda juga unik karena ada barley atau apanya gitu. Yang paling penting, saya suka banget suasana tempat dan pemandangannya yang menghadap langsung ke laut. Pas banget saat itu suasananya lagi mendung-mendung abis hujan gitu.
Pemandangan teluk dari Jiufen. Ruifeng letaknya ada di bawah sana. Minum-minum with a view.
Selesai ngeteh, kami lanjut jalan-jalan ke Ah Mei Tea House. Kalau di deretan kios tadi penuh dengan manusia, di Ah Mei Te House ini kerumunannya seperti dikalikan lima. Penuh banget! Saya sendiri sangat excited karena vibes Spirited Away begitu terasa. Magis. Pendaran merah lampion-lampion, Ah Mei Tea House yang bersinar terang, dan alunan lagu soundtrack Spirited Away yang mengalun dari salah satu kios menambah kesan magis tempat ini.
Cobain puter lagu di bawah ini sambil lihat foto-foto berikutnya ya:
Ah Mei Tea House.
Junda udah mulai bete harus berdesakan di kerumunan turis di sekitar Ah Mei Tea House padahal saya masih semangat banget foto-foto. Tapi emang ramai banget sih, berasa lagi di Tanah Abang. Akhirnya saya pun setuju untuk pulang ke hotel, dengan syarat nanti maleman akan balik lagi ketika toko-toko sudah tutup.
Di hotel, kami melakukan riset sedikit tentang Hayao Miyazaki dan Jiufen, then we found out that, Hayao Miyazaki himself declined that rumour! Meskipun begitu, tetap saja kami merasakan beberapa kemiripan. Seperti lorong-lorong berlampion, makanan-makanan yang di display, kontur daerah yang berbukit-bukit. Terlepas dari benar tidaknya rumor tersebut, untuk kami sendiri nuansa di sana memang benar-benar magis.
Sekitar jam 8 malam, kami keluar lagi dan mendapati Jiufen yang jauh berbeda. Sepi dan hampir tidak ada orang! Saya sedikit bersyukur kami memutuskan menginap di sini. Padahal rencana awalnya kami hanya akan day-trip dari Taipei. Pesan moral : kalau ingin ke Jiufen, datang di sore hari dan bermalam di sana. Kalau engga, kalian cuma akan mendapati kerumunan manusia.
Inilah Jiufen yang bisa dinikmati sepenuh hati. Tidak ada halangan untuk ambil foto, tidak berdesakan, dan semua lampionnya menyala.
Inilah Jiufen yang bisa dinikmati sepenuh hati. Tidak ada halangan untuk ambil foto, tidak berdesakan, dan semua lampionnya menyala.
Tangga curam menuju Ah Mei Tea House yang tadinya gak keliatan ketika dikerumuni lautan manusia.
Ada anjing lucu yang suka diajak main.
Henlo, friend!
Di pagi hari, sebelum kerumunan turis dari Taipei mulai datang dengan bus pertama, kami buru-buru bangun dan jalan kaki sedikit di sekitar hotel. Ternyata ada bukit di sebelah Jiufen yang kelihatannya bisa didaki, karena ada tangga ke atas yang terlihat dari kejauhan. Sayangnya kami di sini hanya satu malam saja, dan harus segera kembali ke Taipei untuk mengejar pesawat pulang. Tapi kalau suatu hari diberi kesempatan untuk ke sini lagi, pastinya kami akan coba naik ke atasnya!
Tangga menuju Ah Mei ketika terang dan sepi.
Henlo! Ada anjing baik ini yang selalu nongkrong di dekat hotel. Setelah main-main dengan kami (bonus belly rub!), dia dengan baiknya mengantarkan kami hingga ke depan hotel :)
See you, doggo!
Fix nanti mau ke Jiufen lagi dan nginep bhuahahaha. Kesanku terhadap Jiufen ya begitulaaaaaaahh.
ReplyDeletehahaha, kaan, kalo ngga nginep emang cuma dapet sumpeknya doangg
Delete