Meneruskan tradisi lebaran tahun lalu, tahun ini saya dan keluarga kembali memilih untuk jalan-jalan santai untuk mengisi waktu liburan. Destinasinya lagi-lagi Aceh. Sebenarnya sih ingin pulang kampung ke Sumatera Barat. Tapi karena Sumatera Barat itu letaknya lebih jauh dan kalau pas lebaran macetnya luar biasa, jadi Aceh kembali terpilih sebagai tujuan kami. Setelah tahun lalu napak tilas ke Banda Aceh, tahun ini kota yang kami kunjungi adalah Takengon. Sebuah kota kecil di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Seperti biasa, kami berangkat dari Medan jam 3 pagi di hari pertama lebaran. Sholat Idul Fitri di kota Langsa dan mampir makan rendang sejenak di rumah saudara di sana sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 4 sore kami tiba di Takengon, ditandai dengan Danau Laut Tawar yang mulai terlihat dari kejauhan.
Danau Laut Tawar, ada yang aneh dari nama ini. Jadi sebenarnya danau apa laut sih? =))
Jalan-jalan selepas Subuh di pinggiran danau sekitar hotel bersama Mama dan Pojan.
Dataran tinggi Gayo sangat terkenal dengan kopi Gayo-nya. Hampir di setiap halaman rumah bisa ditemukan tanaman kopi begini.
Karena objek wisatanya cuma danau, jadi seharian dihabiskan untuk muterin danau. Hanya butuh waktu 2 jam untuk memutari seluruh danau dengan mobil (ya kalau nggak pake nyasar sih *curhat)
Kerbau ini menghalangi jalan. Yaudah ditungguin aja.
Sekelompok kerbau bahagia lagi asyik berendam di danau. Padahal cuaca lagi dingin-dinginnya. Awas masuk angin loh.
Pantan Terong, sebuah tempat di atas bukit untuk melihat pemandangan kota Takengon sepenuhnya. Setelah dilihat dari atas, ternyata Danau Laut Tawar adalah benar sebuah danau.
Difoto oleh Pojan, setelah berulang kali minta fotoin ulang. Haha
Perjalanan pulang dari Pantan Terong. Curam.
Kota Takengon dikelilingi oleh bukit-bukit kece begini. Udaranya dingin dan segar. No Air Conditioner needed here!
Perjalanan pulang ke Medan. Sayonara!
Pulang kampung menyenangkan ya, bisa jalanjalan sekaligus kumpul sama keluarga...
ReplyDelete*nasibgapunyakampung*
Kolase yang indah..membuat saya bisa membayangkan bagaimana Takengon yang sebenarnya..
ReplyDeleteSaya adalah penikmat Kopi Gayo, melihat foto-foto ini saya jadi tahu kuatnya karakter kopi Gayo rupanya berasal dari kontur Gayo yang begitu tinggi.
Salam kenal. Blog yang bagus dan berisi.
Wah salam kenal mas Farhan!
DeleteSaya udah lama jadi silent reader blog-nya. Semoga suatu hari bisa minum kopi gayo di tempat asalnya ya.
Itu gambar Langitnya SubhanaAllah banget Mira.
ReplyDeleteApakah itu pakai kamera Ricoh GR juga?
Aduh makin kesengsem sama kameranya :D
iyaa, ini pakai Ricoh GR :D
Delete