Pertemuan Kedua dengan Hanoi


Setelah bertualang sekitar 5 harian di Laos dari Vientiane di Selatan hingga Luang Prabang di Utara, perjalanan kami lanjutkan ke Hanoi, ibukota Vietnam, yang letaknya bertetanggaan dengan Laos. Hanoi ditambahkan ke rangkaian perjalanan kali ini karena waktu ngeliat peta, Luang Prabang dan Hanoi tampak sudah dekat, dan biar sekali mendayung dapet 2 negara gitu maksudnya. Awalnya kami pikir karena dekat, Luang Prabang dan Hanoi bisa ditempuh via jalur darat. Well, pada kenyataannya memang bisa sih, tapi waktu tempuhnya konon bisa sampai 30 jam dengan kondisi bus dan jalanan yang sangat nggak asik. Beberapa review malah bilang kalau bus Luang Prabang - Hanoi itu adalah "bus ride from hell" atau "nightmare journey of over 38 hours". Waduh.

Karena faktor U (usia dan uang) dan sisa waktu liburan kami yang tidak banyak, akhirnya kami memutuskan untuk bayar mahal sedikit demi kenyamanan. Kami memutuskan untuk naik pesawat dari Luang Prabang ke Hanoi. Oiya, ongkos naik bis itu sekitar 600-700 ribu (kalau dihitung ke kurs Rupiah) sementara pesawat itu sekitar 1-1,5 juta dengan waktu tempuh hanya 1 jam. The choice is yours.

Setelah terbang dengan Lao Airlines yang pesawatnya kecil berbaling-baling mirip Wings Air, melewati imigrasi di Noi Bai airport yang antriannya luar biasa, drama susah pesen Uber karena WiFi airport yang kayaknya pakai telkomnet instan, akhirnya kami pun sampai di kota Hanoi! Nggak banyak berubah seperti saat saya ke sana dua tahun lalu. Bedanya cuma sekarang Hanoi makin rame dan makin sumpek sama sepeda motor.

Hanoi Rocks Hostel.

Kami menginap di Hanoi Rocks Hostel yang ratingnya gede banget di Booking.com. Pas baru nyampe di hostel langsung shock dan berasa nyasar ke bar, karena di lobby rame banget sama orang yang lagi minum sambil joged dengan musik yang super berisik. Ternyata bagian bawahnya memang gabung sama bar. Jadilah kami check-in sambil teriak-teriak. Tapi overall hostelnya recommended banget karena dikelola sama bule, jadi bebas tipu-tipu kayak sebagian besar hostel lain di Hanoi. Letaknya strategis, kamarnya lumayan nyaman meskipun saya tidurnya di 16 bed dorm. Dapet sarapan prasmanan, WiFi nya ngebut, dan yang paling penting harganya cuma USD 5/malem!


Lorong-lorong hostel yang funky.

Nggak sempet motret kamar karena pas pulang selalu udah kemaleman dan lampunya udah dimatiin.

Kami punya waktu 1 hari 2 malam di Hanoi, yang satu harinya dihabiskan dengan day tour ke Hoa Lu dan Tam Coc. Jadinya cuma punya waktu untuk muter-muter Hanoi di malam hari. Itu pun hanya sekitaran Old Quarter saja.

Sehabis check-in dan meletakkan barang-barang di hostel, kami yang udah lapar berat segera keluar lagi buat nyari makan malam. Berhubung lagi di Vietnam, makannya ya harus Pho, mie yang terbuat dari beras dengan sayuran dan kuah. Nyam! Nama restoran yang kami datangi saat itu adalah Hanoi Soul Cafe, tempatnya di dekat air mancur yang ada di Old Quarter. Letaknya ada di lantai 3, kalau beruntung pilihlah tempat duduk di teras. Menikmati Pho dengan pemandangan Old Quarter dan Hoan Kiem Lake, secuil surga dunia~

Di gedung yang sama dengan Hanoi Soul Cafe, ada tempat ngopi bernama Highlands Coffee. Kalau nggak salah letaknya sama-sama di Lantai 3. Dua tahun lalu, tempat ini bernama City View Cafe, entah kenapa berganti nama. Highlands Coffee ini semacam Starbucks-nya Vietnam, bisa ditemukan di banyak tempat. Di malam kedua kami ngopi-ngopi di sana.

Pho dan Vietnamese Coffee.

Yaa gitu deh.

Pemandangan dari tempat duduk kami di Hanoi Soul Cafe.

Perut sudah kenyang, energi sudah terisi kembali, kami berjalan-jalan di sekitar Old Quarter. Yah, thawaf satu puteran muterin danau lumayan juga buat membakar semangkuk Pho tadi.

Hoan Kiem Lake



Toko souvenir sekitar danau. Tetep, nggak ada yang bisa ngalahin Night Market-nya Luang Prabang.

Nemu toko hipster di dekat danau yang isinya buku import, poster film, dan pernak-pernik lainnya. Bungkus satu bawa pulang!

Kalau yang suka kopi, jangan ketinggalan untuk beli kopi Vietnam. Kopinya agak beda karena ada sedikit campuran cokelat. Buat saya, wanginya jadi enak banget! Dan memang udah paling cocok deh nyeduhnya pake dripper vietnam dan dikasih sedikit susu kental manis. Kemarin waktu jalan pulang ke hostel kami nemu satu toko kopi yang kayaknya terkenal di TripAdvisor. Namanya Anan Coffee. Oiya di sini kalau mau beli dripper (yang bahannya kaleng ya) harganya murah banget! Kalau dihitung ke kurs Rupiah mungkin cuma 5 ribu jatuhnya.




Freshly grinded.

Endus-endus toples. Enak baunya.

Dan tak lupa, saya nyempetin mampir ke toko Totoro 1988 Shop, yang juga letaknya masih di sekitar danau. Banyak pernah-pernik Ghibli dengan harga murah!

Totoro di mana mana~

Is this what heaven looks like?

Boneka Totoro dan case HP Kaonashi (No Face) hasil buruan di Totoro 1988. Saya juga beli boneka Kaonashi yang mirip guling. Bahagia.

Begitulah perjumpaan kedua yang sangat singkat dengan Hanoi. Kalau ditanya mau nggak balik ke Hanoi lagi? Mau banget! Terlepas dari chaos dan ruwetnya Hanoi, saya suka banget kotanya untuk alasan yang susah dijelaskan. And I can't get enough of Pho and Vietnamese Coffee! Saya juga belum sempat berkunjung ke Sapa. So I guess, see you when I see you, Hanoi!

2 comments

  1. Aduhhh deskripsi tentang kopinya bikin ngiler hikzzzzz

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ih aku pas nulis aja jadi pengen. nyesel cuma beli dikit kemarin :(

      Delete