Donate Your Money, You'll Be Rich in Return, They Said.

  
Pada suatu hari yang random, tiba-tiba saya dan teman-teman memutuskan untuk ke Cirebon dan melihat makam Sunan Gunung Jati. Bukan, maksud kedatangan kami ke sana bukan untuk 'ziarah' seperti yang kebanyakan orang lakukan, tapi murni cuma karena rasa penasaran.

Lokasi makam ini tidak sulit dicari, berbekal arahan dari Google Maps, kami sampai dengan mudah tanpa nyasar. Sesampai di sana, kami cukup terkejut melihat banyaknya bis-bis besar dan juga mobil-mobil pribadi. Penjual souvenir ada di mana-mana. Tampaknya makam ini sudah menjadi objek wisata umum. Dan tak lupa pula hari itu ternyata adalah tanggal 1 Muharram, di mana kebanyakan orang memilih tanggal tersebut untuk berziarah. Walaupun entah apa korelasinya.

Rasa malas untuk turun dari mobil rupanya terkalahkan juga dengan rasa penasaran yang begitu besar untuk tau apa sih, yang sebenarnya membuat banyak orang ke sini. Akhirnya kami pun turun, dan berjalan dengan canggung. Banyak orang yang menyapa.

"Dari mana, Mas, Mbak? Mau ziarah?"

Mungkin heran melihat penampilan kami yang terlihat lebih cocok untuk main di mall dari pada pergi ke makam.

Sampai di depan makam, kami dicegat oleh seorang bapak-bapak yang setengah memaksa kami untuk memberikan uang donasi yang katanya 'seikhlasnya'. Ditambah embel-embel 


"Sekali setahun ayo sedekahnya, hari baik"
"Ayo coba dikasih sedekahnya, nanti rezekinya bagus"

Oke.......... kami mulai kesal. Karena tadinya kami pikir ini cuma ada di depan pintu masuk, tapi ternyata oknum-oknum ini berbaris hingga ke dalam makam. Bahkan ada oknum yang terlihat seperti ingin merampas uang yang sedang kami pegang. Buas.


Perasaan saya langsung gak enak. Ini salah. Saya nggak suka banget dengan konsep "ayo memberi nanti kamu dibalas lebih banyak oleh Tuhan". Karena yang saya tau yang namanya memberi sebaik-baiknya adalah dengan tidak mengharapkan balasan. APALAGI jika dikait-kaitkan dengan makam, dan hari besar Islam. 





Ternyata bukan cuma saya yang merasakan hal itu, karena pada akhirnya saya dan teman-teman lebih memilih untuk duduk di bale-bale yang ada di luar makam. Dan akhirnya kami jadi ngobrol tentang masalah ini.



Tentang pemerintah yang seharusnya menertibkan pengemis-pengemis itu. Tentang masyarakat Indonesia yang memang suka percaya hal-hal yang klenik dan instan. Tentang ziarah menurut Islam, bahwa amalan yang akan sampai ke orang yang sudah meninggal hanya doa dari anak sholeh dan amal jariyahnya. Tentang mungkin Sunan Gunung Jati pun akan sedih jika melihat kondisi makamnya seperti sekarang ini.


Dan kekecewaan kami pun bertambah ketika ada seorang anak kecil yang membuntuti kami hingga ke mobil, mengetuk-ngetuk kaca mobil, hingga memegang pegangan pintu bahkan ketika mobil kami sudah melaju pergi, karena kami tidak memberikannya uang.

"Mbak, sedekah, Mbak.. Bagus kalau sedekah di sini"


It made me sad. Saya ingin sekali bertemu dengan orang tuanya.

5 comments

  1. Mir, selain punya potensi jadi juragan restoran Padang, kamu juga cocok jadi ustadzah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Jazakumullah khairan katsiran, akhi.

      Delete
  2. dan hal tersebut lebih tepat dikatakan mengemis. entah yaa, di berbagai tempat wisata banyak banget fenomena seperti ini bahkan di masjid2 besar kalo pas sholat ied.

    ReplyDelete
  3. Memang bikin sebel yang begini begini.. sedekah memang harus diiringi keikhlasan, tapi gk dipaksa paksa juga keles...

    ReplyDelete